Langsung ke konten utama
Deskripsi Gambar

Mengenal Tradisi Perahu Bidar Palembang

Jika kalian berkunjung ke Palembang, ada satu tradisi yang dak boleh dilewatkan, yaitu perlombaan perahu bidar. Tradisi ini bukan hanya seru dan menghibur, tapi juga sarat dengan nilai-nilai budaya dan sejarah yang dalam. Payo, kita kenali lebih dekat tradisi perahu bidar Palembang!


Sejarah Perahu Bidar

Perahu bidar punya sejarah yang cukup panjang di Palembang. Perlombaan ini konon sudah ada sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam. Pada masa itu, lomba bidar diadakan untuk merayakan hari-hari besar atau upacara adat tertentu. Salah satunya adalah untuk memperingati hari kelahiran Sultan atau untuk menyambut tamu-tamu penting.

Sungai Musi, yang menjadi pusat kehidupan masyarakat Palembang, adalah lokasi utama perlombaan ini. Perahu bidar sendiri dibuat dengan desain yang ramping dan panjang, sehingga bisa melaju cepat di atas air. Panjang perahu bidar bisa mencapai sekitar 24 meter dan mampu menampung puluhan pendayung yang bekerja sama untuk mencapai garis finish.

Proses Pembuatan Perahu Bidar

Membuat perahu bidar dak boleh asal-asalan, Lur. Dibutuhkan keahlian khusus untuk membuat perahu yang kuat, ringan, dan mampu melaju cepat di sungai. Bahan utama yang digunakan biasanya adalah kayu pilihan, seperti kayu ulin atau kayu meranti, yang terkenal dengan kekuatannya.

Proses pembuatan dimulai dengan memilih batang kayu yang lurus dan besar. Kayu ini kemudian dibentuk menjadi badan perahu yang panjang dan ramping. Setelah itu, bagian dalam perahu dikeruk hingga membentuk ruang untuk para pendayung. Bagian bawah perahu juga dibuat sedemikian rupa agar bisa meluncur dengan mulus di atas air.

Yang menarik, pembuatan perahu bidar ini masih dilakukan secara tradisional dengan menggunakan alat-alat sederhana. Namun, hasilnya tetap menakjubkan dan menunjukkan keterampilan tinggi para pembuatnya. Setiap perahu bidar yang dibuat punya karakteristik yang berbeda, tergantung dari siapa yang membuatnya.

Tradisi Perlombaan Perahu Bidar

Lomba bidar di Palembang biasanya diadakan pada saat perayaan Hari Ulang Tahun Kota Palembang dan HUT Republik Indonesia atau pada acara-acara besar lainnya. Lomba ini bukan cuma sekadar perlombaan biasa, tapi juga ajang untuk menunjukkan kekompakan dan semangat juang para pendayung.

Setiap perahu bidar diisi oleh sekitar 20-25 orang pendayung yang duduk berjejer rapi. Mereka harus mendayung dengan kekuatan penuh dan menjaga kekompakan agar perahu bisa melaju dengan cepat. Koordinasi dan kerjasama tim menjadi kunci utama untuk memenangkan lomba ini.

Sorak-sorai penonton yang memadati tepian Sungai Musi menambah semarak suasana. Selain menjadi ajang olahraga tradisional, perlombaan perahu bidar juga menjadi hiburan yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Palembang. Atmosfer yang tercipta benar-benar meriah dan penuh semangat.

Makna dan Filosofi Perahu Bidar

Di balik keseruannya, perahu bidar juga punya makna filosofis yang mendalam. Perahu yang ramping dan panjang melambangkan kebersamaan dan kerja keras. Setiap pendayung punya peran yang penting, dan mereka harus bekerja sama untuk mencapai tujuan. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya kerjasama dan kekompakan dalam mencapai kesuksesan.

Selain itu, tradisi perahu bidar juga menjadi simbol semangat juang masyarakat Palembang yang pantang menyerah, sekalipun menghadapi tantangan yang berat. Sungai Musi, dengan arusnya yang kuat, menjadi cerminan dari kerasnya kehidupan yang harus dihadapi dengan tekad yang kuat.

Tradisi perahu bidar Palembang bukan hanya sekadar perlombaan, tapi juga warisan budaya yang penuh dengan nilai-nilai luhur. Dari sejarahnya yang panjang, proses pembuatannya yang rumit, hingga makna filosofis yang terkandung di dalamnya, semuanya menunjukkan betapa berharganya tradisi ini bagi masyarakat Palembang.

Jadi, jika Sobat Siguntang berkesempatan menyaksikan lomba bidar, jangan lewatkan kesempatan itu. Rasakan semangat dan kebersamaan yang tercipta, serta banggalah dengan warisan budaya kita yang kaya ini.

Komentar